Minggu, 30 Desember 2012

KISRUH KONFLIK KPSI DAN PSSI JILID 2

Indonesia udah dikenal dari era orde baru kalo doyan nya bikin kisruh, awalnya sih katanya mei 1998 itu sebagai tonggak sejarah baru sebagai wajah indonesia yang baik dimata dunia tapi gak banget kalo di dalam negeri sendiri sampai masalah
sepakbola dan olahraga aja dibuat kisruh, ya intinya cuma karena "UANG" dan terutama sih banyak para  pelaku nya dibalik itu semua yang berusaha buat jadi produser didunia sepakbola tanah air, dan gara-gara dualisme ini juga Indonesia cuma jadi macan ompong digelaran piala AFF 2012, yang sejati nya Indonesia merupakan tim terbesar di kawasan Asia Tenggara, dan sepakbola nya merupakan olahraga yang paling digemari tapi kalo urusan prestasi mah NOL BESAR




Kronologi kasus PSSI vs KPSI

4 April 2011
FIFA melengserkan Nurdin Halid dari posisinya sebagai Ketua Umum PSSI.
20 Mei 2011
Kongres PSSI untuk memilih eksekutif baru (termasuk ketua umum) berakhir deadlock.
9 Juli 2011
Kongres Luar Biasa di Surakarta (Solo) memilih Djohar Arifin Husin sebagai ketua PSSI yang baru.
18 Desember 2011
Pertemuan KPSI membahas mosi tidak percaya pada Djohar dan wakil ketua umum Farid Rahman. KPSI meminta diselenggarakan KLB dengan alasan kepemimpinan yang buruk.
27 Desember 2011
PSSI memecat empat anggota komite eksekutif (La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Tony Apriliani, dan Erwin Budiawan). Keempatnya adalah penggagas KPSI.
18 Maret 2012
KPSI menunjuk La Nyalla sebagai Ketua Umum dan Rahim Soekasah sebagai wakil ketua umum. Masa bakti keduanya sampai 2016.
18 Maret 2012
Kongres PSSI mengakui keberadaan Liga Super Indonesia (yang dikelola PT Liga Indonesia) dengan syarat berada dalam kontrol PSSI.
7 Juni 2012
PSSI dan KPSI menandatangani nota kesepahaman di markas AFC di Kuala Lumpur. Poin MoU itu di antaranya membentuk joint commitee yang akan mengevaluasi dualisme kompetisi (ISL dan IPL) serta membentuk satu timnas.
10 Desember 2012
PSSI menggelar KLB di Palangkaraya dengan hasil membatalkan MoU.
KPSI menggelar kongres di Jakarta

konflik saga dualisme PSSI vs KPSI

peran pemuda dalam melestarikan bahasa indonesia

Peran pemuda dalam melestarikan bahasa Indonesia menjadikan bahasa sebagai “benang merah”. Sebagai sarana pemersatu bagi bangsa Indonesia menghadapi dan hidup berdampingan dengan damai di lingkungan dunia yang penuh dengan globalisasi, dengan tetap berpegang teguh pada nasionalisme bahasa Indonesia. Jadi penggunaan Bahasa Asing yang identik dengan bahasa globlisasi dapat dipersatukan dengan Bahasa Indonesia sebagai perwakilan nasionalisme bangsa Indonesia. Karena bila dikaitkan antara keduanya ada hubungan saling keterkaitan dan saling menguntungkan
Di tengah derasnya arus globalisasi, eksistensi bahasa indonesia sebagai bahasa tanah air perlahan-lahan mulai terancam. Jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara indonesia. Hal ini sebagai,langkah preventif sejak dini. Pengaruh yang begitu besar yang diberikan oleh negar-negara lain dimana batas negara sudah tak dapat dipastikan.
Kecendrungan global harus dibalik menjadi kekuatan dan kecendrungan glokal. Globalisasi harus disikapi menjadi glokalisasi dalam konteks perkembangan dan pengmebangan bahasa. Sejatinya, banyak nilai lokal yang dapat digali dari kultur lokal.
Membangun sikap berbahasa yang baik iniliah yang menjadi fokus utama Tanpa sikap berbahasa yang baik dan benar dan rasa nasionalisme yang mengakar, mustahil bahasa Indonesia dapat bertahan dalam arus globalisasi. Bahasa Indonesia yang tidak baik, niscaya menjadi ancaman sekaligus prevoir (pengingat) bagi budaya dan masyarakat Indonesia yang tidak kukuh pula.

Kita Sebagai generasi muda, sudah seharusnya berpartisipasi aktif pada pembangunan kota, khususnya dalam bidang budaya. Partisipasi tersebut dapat dilakukan melalui para generasi muda yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan harapan yang besar untuk membangun suatu daerah lebih baik lagi dan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama meningkatkan potensi yang ada di suatu daerah. Potensi yang dimiliki setiap daerah di Indonesia sangatlah besar karena begitu banyak budaya, kesenian, suku, ras, bahasa, agama, dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentu bukanlah menjadi penghambat untuk kita karena begitu banyaknya perbedaan, namun sebaliknya perbedaan tersebut tentu akan menjadi kekuatan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia seperti pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap sebagai satu kesatuan.
Generasi muda sebagai elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apapun dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia dan sekaligus berkontribusi sangat besar dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Saya sebagai salah satu mahasiswa dari Purwokerto menyadari ketika mendapatkan Djarum Beasiswa Plus dan menjadi Beswan Djarum bertemu dengan berbagai teman-teman Beswan dari berbagai penjuru negeri yang memiliki budaya, agama, ras, dan bahasa yang berbeda-beda membuat diri saya menjadi lebih mengetahui akan makna perbedaan tersebut dapat menjadi kekuatan dan nilai hidup yang berharga. Perbedaan tersebut membuat saya mendapatkan informasi, pelajaran, dan pengalaman baru ketika bertemu dengan teman-teman Beswan dari daerah lain yang memiliki budaya yang berbeda. Perbedaan itulah yang membuat kami lebih mengetahui, memahami, dan menghormati satu sama lain.


Permasalahan terhadap masyarakat saat ini yang belum mengetahui, memahami, menguasai, dan mengkomunikasikan budaya lokal perlu suatu cara untuk dapat mengarahkan itu semua. Disinilah peran generasi muda di lingkungan tempat mereka tinggal untuk bersama-sama mengarahkan itu semua melalui pelestarian kebudayaan, salah satunya dengan ikut serta langsung dalam acara festival budaya di daerah masing-masing agar dapat mengenal dan mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini. Hal inilah yang membuktikan bahwa di pundak pemudalah masa depan pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dan memiliki daya kreatifitas yang tidak terbatas untuk kesuksesan suatu pembangunan. Begitu juga dalam pelestarian budaya di suatu Negara. Kontribusi dan apresiasi yang besar dari generasi muda sangat diperlukan karena generasi muda sebagai tenaga-tenaga professional yang energik, kreatif, dan inovatif.
Pemberdayaan generasi muda sebagai frontliner untuk melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia ini sangat dibutuhkan sebagai upaya mempercepat kemajuan untuk dunia industri budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang.

 
layout made by Hania Alifa Adzhani - Beetwen Leisure and Jobless