Nama
ku adalah Muhammad Adhi Nugroho, aku merupakan anak dari pasangan Samidjo-Siti
Santini yang lahir di Jakarta bertepatan
dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1413 H atau 9 September 1992 Masehi di RS Islam
Jakarta Timur. Aku adalah seorang anak laki-laki yang memiliki postur bisa
dibilang cukup tinggi namun memiliki tubuh yang kurus. Adhi, begitu lah
orang-orang disekitar rumah memanggil ku. Namun, dibangku sekolah dan kuliah
nama itu serasa hilang karena mereka manggilku dengan sebutan “COKER” alias Cowok Ker... (lanjutkan
sendiri sajaLJ).
Ibu
ku seorang guru sekolah dasar di daerah Jakarta Pusat, sementara ayah hanya
seorang wirausaha. Kedua kakak ku telah menikah dan memiliki rumah
masing-masing. Kehidupan ku biasa saja, tidak terlalu superior dan berkecukupan.
Aku besar dilingkungan yang selalu menerapkan pola hidup sederhana.
Adhi
kecil merupakan anak yang polos dan cengeng. Semasa sekolah, adhi kecil doyan yang namanya nangis dan mudah
sekali dibodohi oleh teman-temannya. adhi kecil bisa dibilang anak yang
memiliki kecerdasan lebih dibanding teman-temannya. Namun, biar begitu tetap
saja masih bisa dibodohi temannya (kasian sekali yahL). Setelah 6 tahun di sekolah dasar
akhirnya adhi pun lulus general test (sekarang UAN) dengan hasil yang
memuaskan. Adhi kecil memiliki nilai rata-rata tertinggi di sekolah nya dan
masuk 20 besar di SMP Negeri 172 Jakarta
(yang menjadi favorit sekecamatan cakung setelah labschool 236) yang menjadi
sekolah lanjutan nya. Kehidupan di sekolah menengah pertama tak jauh berbeda
dengan di sekolah dasar, namun adhi menjadi anak yang mulai bengal karena pengaruh lingkungan pada
saat itu (turut perihatin L).
Adhi mulai mengenal yang namanya rokok, tawuran, sampai mengenal cinta pun di
SMP (so sweet >:0). Hari-hari telah berlalu dan semakin saja menjadi-jadi
kenakalan remaja pada saat itu, hingga 3 tahun pun berakhir dengan kenangan
manis yaitu lulus ujian nasional dengan hasil yang memuaskan. aku pun
melanjutkan ke SMA N 11 Jakarta untuk menimba ilmu lebih dalam disana.
Awal
mula masuk SMA aku bercita-cita agar bisa lulus dan masuk Institut Teknologi
Bandung, tapi kebiasaan SMP pun masih kerap kali menghampiri meski tidak
separah dulu. Benar saja kata om Chrisye, masa paling indah itu benar-benar ada
nya di SMA. Kenakalan remaja disana diimbangi dengan logika yang membuat nya
jadi terasa bukan kenakalan melainkan kenangan bersama. Seperti pada
sebelumnya, di SMA aku memperoleh peringkat 7 di semester 1 kelas 10 dan naik
ke peringkat 5 disemester 2. Dalam kelas jurusan aku mengambil kelas sains,
yang katanya kelas paling berat (tapi menurut aku sih biasa saja). Demi
mewujudkan masuk ITB, aku berusaha keras untuk bisa masuk kesana. Tetapi justru
dari IPB (Institut Pertanian Bogor) aku mendapatkan undangan, namun aku tampik
dengan alasan jurusan yang kurang disukai (ini terlewat bodoh atau gimana yah L) .
Dari
SMA lah aku mulai mengenal yang namanya olahraga futsal. Olahraga yang
sebenarnya sama saja dengan sepakbola yang biasa aku mainkan dengan sebutan TARKAM. Mulai dari situ aku menggeluti
nya sampai sekarang. Awalnya futsal cuma sekedar iseng-iseng saja, buat
menghilangkan rasa jenuh dan pikiran untuk kembali jadi bengal seperti masa SMP. Pada awal menggeluti futsal hanya
menginginkan bisa ikut turnamen atau
kompetisi di sekolah maupun antar sekolah. Namun, karena skill bisa dibilang masih acak-acakan ya sudah aku fokuskan untuk
berlatih saja tanpa mengurangi rasa ingin berlaga dikompetisi. Masa-masa SMA
benar-benar takkan pernah terlupakan, di SMA aku mulai yang namanya berani
berkendara ke luar kota sendiri dengan teman-teman alias konvoy. Buat setiap
momen indah diperjalanan, tanpa memiliki SIM.
Sebagai
seorang laki-laki sebenarnya aku adalah orang yang mudah goyah, sembrono, tidak
memikirkan jangka panjang dan terutama terlalu mudah dibodohi. Namun aku tetap
memiliki prinsip dalam hidup “takkan ada laki-laki yang benar-benar sukses
tanpa wanita tangguh dibelakangnya”
maksudnya aku selalu menghormati wanita terutama ibu ku dan aku berusaha tidak
untuk melecehkan wanita. Itu sebabnya kenapa setiap kenakalan remaja yang aku
lakukan, aku berusaha tidak untuk melecehkan wanita. Waktu untuk bersantai pun
telah habis, aku mulai tersadar itu semua tidak akan bisa diterima didunia
kerja dan aku terus memperbaiki diri hingga sekarang.
“Seorang laki-laki
sejati, adalah dia yang mampu mempertahankan kehormatan wanita, terutama
ibunya. Bukan laki-laki yang bangga karena bisa tidur dengan banyak wanita”
“Kesuksesan itu
datangnya dari niat dan kerja keras, bukan datang dari langit”